Penyebaran Agama Islam di Indonesia
A.
Datangnya Islam di Indonesia
Pada umumnya para ahli berpendapat
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Tetapi ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa agama Islam datang ke Indonesia lebih awal lagi. Misalnya,
penemuan batu nisan makam Fatimah binti Maimun yang ada di Leran, Gresik yang
berangka tahun 1082 M. Bahkan menurut beberapa ahli lainnya juga Islam sudah
datang sekitar abad ke-7 M.
Mengenai
pendapat Islam masuk sekitar abad ke-7 M didasarkan pada sumber-sumber yang
berasal dari Dinasti Tang. Berita tersebut menceritakan adanya orang Ta-shih
yang membatalkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho-Ling. Orang Ta-shih
diidentifikasin sebagai orang Arab. Orang-orang Ta-shih betempat tinggal di sekitar
kekuasaan Sriwijaya. Saat itu orang-orang Ta-shih lebih mementingkan
kepentingan ekonomi daripada melakukan Islamisasi, mengingat masih kuatnya
kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha di kerajaan Sriwijaya (Daliman, 2012. hlm. 24).
Pendapat para ahli yang menyatakan bahwa agama
Islam masuk pada abad ke-13 M didukung oleh fakta-fakta historis. Berita Marco
Polo pada tahun 1292 membuktikan fakta tersebut, ketika ia datang di Perlak ia
banyak menjumpai penduduk yang telah beragama Islam dan banyak pedagang dari
India yang gemar menyiarkan agama Islam di sana. Berita Ibnu Batuta yang datang
berkunjung di Samudra Pasai pada tahun 1345 dan bukti-bukti arkeologis batu
nisan makam Sultan Malik As-saleh yang berangka tahun 1297 M memperkuat
pendapat bahwa Islam masuk di Indonesia sekitar abad ke-13.
Dalam
ilmu sejarah, perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari.
Kita harus bisa menyikapinya secara bijak dan sesuai dengan sumber-sumber yang
valid. Dalam hal ini perlu juga dibedakan dalam tiga pengertian, yaitu masa
kedatangan, proses penyebaran dan perkembangan agama Islam. Abad ke-7 dapat
dipandang sebagai awal masuknya Islam di Nusantara (Indonesia).
Namun pada waktu itu rupanya belum memungkinkan bagi para pedagang muslim untuk melakukan proses Islamisasi, mengingat masih kuatnya pengaruh Hindu. Untuk dapat melakukan proses Islamisasi memerlukan sekitar 5 atau 6 abad kemudian sampai terbentuknya kekuasaan yang bercorak kerajaan/kesultanan Islam, misalnya Perlak atau Samudra Pasai. Sejak itulah memungkinkan proses penyebaran dan pengembangan agama Islam di luar pusat kerajaan.
Namun pada waktu itu rupanya belum memungkinkan bagi para pedagang muslim untuk melakukan proses Islamisasi, mengingat masih kuatnya pengaruh Hindu. Untuk dapat melakukan proses Islamisasi memerlukan sekitar 5 atau 6 abad kemudian sampai terbentuknya kekuasaan yang bercorak kerajaan/kesultanan Islam, misalnya Perlak atau Samudra Pasai. Sejak itulah memungkinkan proses penyebaran dan pengembangan agama Islam di luar pusat kerajaan.
B.
Proses Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Menurut Uka Tjandra Sasmita (dalam
Suntiah dan Maslani, 2014. hlm.194) proses penyebaran agama Islam melalui enam
saluran, yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan
politik.
1.
Melalui Perdagangan
Awal masuknya Islam di Indonesia
melalui perdagangan, pedagang-pedagang ini berasal dari Arab, Persia dan India.
Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan karena para raja dan
bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan bahkan mereka menjadi pemilik
kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid, bahkan di beberapa tempat
seperti pesisir utara Jawa, penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati
Majapahit banyak yang masuk Islam.
2.
Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada rakyat pribumi sehingga
rakyat pribumi terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri
saudagar-saudagar itu. Sebelum menikah, mereka masuk Islam terlebih dahulu.
Setelah memiliki keturunan, pada akhirnya membentuk kampung-kampung,
daerah-daerah dan kerajaan Islam. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan
apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau raja, karena dari
sini dapat mempercepat proses Islamisasi. Seperti yang terjadi antara Raden
Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Djati dengan puteri
Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campaka yang nantinya memiliki keturunan
yang bernama Raden Patah.
3.
Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf membawakan
ajaran Islam dengan ajaran yang sebelumnya sudah dikenal oleh msyarakat luas.
Mereka memiliki kekuatan magis dan dipercaya mempunyai kekuatan-kekuatan yang
dapat menyembuhkan seseorang. Melalui tasawuf, “Bentuk” Islam yang diajarkan
kepada penduduk pribumi memiliki persamaan dengan ajaran mereka sebelumnya,
yaitu agama Hindu-Buddha. Ahli-ahli tasawuf tersebut, seperti Hamzah Fansuri,
Syekh Lemah Abang, Sunan Panggung dan lain-lain.
4.
Pendidikan
Islam dibawakan melalui pendidikan,
seperti pesantren yang kita kenal sekarang ini. Mereka yang belajar agama Islam
tentu dapat menyebarkannya kembali ke daerah-daerah lain.
5.
Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian
yang paling terkanl adalah pertunjukkan wayang. Sunan Kalijaga adalah tokoh
yang paling mahir dalam pementasan wayang. Sunan Kaliga melakukan Islamisasi
dengan penceritaan Mahabarata dan Ramayana ditambah dengan nama-nama pahlawan
Islam. Sastra (Hikayat, babad), seni bangunan dan ukir dijadikan sebagai proses
Islamisasi.
6.
Politik
Islam lebih mudah diterima dan
berkembang ketika seorang raja masuk Islam. Karena pada saat itu, ketika
seorang pemimpin masuk Islam pada umumnya rakyat pun akan mengikutinya.